Seperti
halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan antarfenomena atau gejala
sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya
nalar peserta didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut
mampu memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan
sebab-akibat.
Hubungan
sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu
dengan datu atau beberapa fakta yang lain. Suatu simpulan yang menjadi sebab
dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satu atau
beberapa fakta tersebut.
Penalaran
sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut dengan penalaran
induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri dri tiga jenis.
·
Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan
sebab-akibat, hal-hal yang menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian
ditarik simpulan yang berupa akibat.
Contoh:
Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus
asa adalah faktor pengungkit yang bisa
membuat kita mencapai puncak kesuksesan.
·
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan
akibat-sebab, hal-hal yang menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya
ditarik simpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh :
Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka
putus sekolah, penyalahgunaan Nakoba di kalangan generasi muda, perkelahian
antarpeserta didik, yang disebabkan oleh pengabaian orang tua dan ketidaan
keteladanan tokoh masyarakat, sehingga mengalami dekandensi moral secara
massal.
·
Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran
hubungan sbab-akibat 1 –akibat 2, suatu
penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang pertama menjadi
penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi penyebab
sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya
terisolasi. Keterisolasian itu menyebabkan mereka kehilangan akses untuk
melakukan aktivitas ekonomi, sehingga muncullah kemiskinan keluarga yang akut.
Kemiskinan keluarga yang akut menyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan
menempuh pendidikan yang baik. Dampak lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi
kemiskinan yang terus berlangsung secara siklikal.
No comments:
Post a Comment