1.
Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Suasana
kelas memungkinkan semua orang yang ada di dalamnya memiliki rasa mau
menanggung resiko bersama. Misalnya, menanggapi pertanyaan-pertanyaan
yang tidak semestinya atau tidak benar tanpa harus
menyinggung perasaan peserta didik. Prosedur-prosedur kerja keseharian,
memastikan bahwa semua jadwal terprediksi, dan menjamin peserta didik merasa
aman selama berada di kelas maupun di luar kelas. Keterampilan hidup
dikenali, didiskusikan dan dipraktikkan oleh peserta didik dengan interaksi
yang tepat dan dengan perasaan yang menyenangkan dalam komunitas ruang kelas.
2.
Menggunakan kelompok untuk bekerjasama, berkolaborasi, belajar berkelompok, dan memecahan konflik sehingga mendodong peserta didik untuk memecahkan masalah sosial dengan saling menghargai.
3.
Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci dalam menciptakan kelas yang ramah otak (brain-friendly
classroom). Aktivitas
belajar melibatkan subjek belajar secara langsung, mengoptimasi semua sumber
belajar, dan memberi peluang peserta didik untuk mengesplorasi materi secara
lebih luas.
4.
Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu
memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas, namun juga kualitas dalam mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta
didik siap mengembangkan pengetahuan.
5.
Proses pembelajaran di kelas memungkinkan peserta didik berada dalam format ramah otak.
6.
Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat
diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam konteks kehidupannya
sehari-hari.
7.
Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan
untuk menuntaskan program belajar memungkinkan mengejar
ketertinggalanya dengan dibantu oleh guru melalui pemberian bimbingan
khusus dan penerapan prinsip belajar tuntas.
8.
Program pembelajaran yang bersifat ramah otak
memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi
cara penilaian.
No comments:
Post a Comment