1.
Guru
dan peserta didik saling berbagi informasi.
Dengan
pembelajaran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina
ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep
pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan
situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan
manajer belajar ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.
Contoh:
Jika guru mengajarkan topik “hidup
bersama secara damai.” Peserta didik yang mempunyai pengalaman yang berkaitan
dengan topik tersebut berpeluang menyatakan sesuatu pada sesi pembelajaran,
berbagi idea, dan memberi garis-garis besar arus komunikasi antar peserta
didik. Jika peserta didikmemahami dan melihat fenomena nyata kehidupan bersama
yang damai itu, pengalaman dan pengetahuannya dihargai dan dapat dibagikan
dalam jaringan pembelajaran mereka.
Mereka pun akan termotivasi untuk melihat dan mendengar. Di sini peserta
didik juga dapat merumuskan kaitan antara proses pembelajaran yang sedang
dilakukan dengan dunia sebenarnya.
2.
Berbagi tugas dan kewenangan.
Pada
pembelajaran atau kelas
kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk
hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka
sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa,
mendoorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan
kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan
bermakna.
·
Guru sebagai mediator.
Pada
pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau
perantara. Guru berperan membantu menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman yang ada serta membantu peserta didik
jika mereka mengalami kebutuan dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka
memiliki kesungguhan untuk belajar.
·
Kelompok peserta didik yang heterogen.
Sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembang sangat penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada
kelas kolaboratif peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan
mereka, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan informasi
dari peserta didik lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul “keseragaman”
di dalam heterogenitas peserta didik.
Contoh Pembelajaran Kolaboratif
Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat,
fakta, atau mengulangi informasi tentang objek. Untuk keperluan
pembelajaran ini dia menggunakan media sortir kartu (card sort). Prosedurnya dapat dilakukan
seperti berikut ini.
- Kepada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau
contoh yang cocok dengan satu atau lebih katagori.
- Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang
memiliki kartu dengan katagori yang sama.
- Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan
sendiri kepada rekanhya.
- Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik,
buatlah catatan dengan kata kunci (point)
dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.
3. Macam-macam
Pembelajaran Kolaboratif
Banyak merode yang dipakai dalam pembelajaran atau kelas
kolaboratif. Beberapa di antaranya dijelaskan berikut ini.
·
JP = Jigsaw Proscedure.
Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai
anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok
bahasan. Agar masing-masing peserta didik anggota dapat memahami keseluruhan
pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian
didasari pada rata-rata skor tes
kelompok.
·
STAD = Student Team Achievement Divisions.
Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok bertindak saling
membelajarkan. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh
terhadap keberhasilan individu peserta didik lainnya. Penilaian didasari pada
pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok peserta didik.
·
CI = Complex Instruction.
Titik tekan metode ini
adalam pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan,
khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Fokusnya
adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didik sebagai anggota
kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam
pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di
antara para peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari pada proses
dan hasil kerja kelompok.
·
TAI = Team Accelerated Instruction.
Metode ini merupakan kombinasi antara pembelajaran
kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap
peserta didik sebagai anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka
kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama
dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap
peserta didik mengerjakan soal-soal berikutnya. Namun jika seorang peserta
didik belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus
menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun
berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari pada hasil belajar
individual maupun kelompok.
·
CLS = Cooperative Learning Stuctures.
Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok
dibentuk dengan anggota dua peserta didik (berpasangan). Seorang peserta didik
bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor
mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee
benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu.
Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua peserta didik
yang saling berpasangan itu berganti peran.
·
LT = Learning Together
Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan
peserta didik yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan
mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja
kelompok.
·
TGT = Teams-Games-Tournament.
Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya
sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah
nilai yang diperoleh kelompok peserta didik.
·
GI = Group Investigation.
Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk
merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang
dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang
akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum
kelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.
·
AC = Academic-Constructive Controversy.
Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut
kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan
berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun
dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian
dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan,
hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan
pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang
dipilihnya.
·
CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition.
Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode
pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa.
Dalam pembelajaran ini, para peserta didik saling menilai kemampuan membaca,
menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam
kelompoknya.
No comments:
Post a Comment